Kamis, 15 November 2012

Menengok Bahasa Alay

Fenomena bahasa alay semakin menjamur di Indonesia. Tidak hanya penulisan bahkan dipengucapan juga semakin banyak dan merusak citra bahasa Indonesia. Bahasa alay ini justru malah diikuti sebagai trend berbahasa anak muda jaman sekarang. Mereka bangga dan nampaknya senang melestarikan bahasa tersebut. Bahkan di sinetron banyak yg justru menjadi icon trend bahas tersebut, ini sungguh miris melihat bagaimana bahasa Indonesia yg benar justru semakin tersingkirkan. Mari kita tengok sejarah dan motiv terjadinya fenomena bahasa alay dalam sebuah artikel yg saya temukan di salah satu blogg .

Sejarah bahasa alay
  
Jika kita ingat-ingat kembali pada awal tahun 2008, pernahkah anda menerima pesan singkat seperti ini, “kmu d’humz ya? ada cyapa aja d’cna ?”. Inilah salah satu tanda pertanda masuknya bahasa alay ke tahap perintisan. Bahasa alay berkembang dari kebiasaan remaja pada saat itu yang mengganti huruf-huruf tertentu dengan huruf lain yang memiliki pelafalan yang hampir mirip. Seperti huruf “S” yang diganti huruf “C”, huruf “I” yang digganti huruf “Y”, dan banyak lagi ciri lainnya.
Memasuki akhir tahun 2009, bahasa alay memasuki tahap perkembangan dengan semakin tidak lazimnya gaya penulisan ini. Tahapan ini dicirikan dengan penggunaan kombinasi huruf, simbol, dan angka dengan mengganti fungsi dari suatu huruf tertentu dengan suatu angka atau simbol. Misalnya huruf “S” diganti dengan angka “5″, huruf “G” diganti dengan angka “9″, huruf “A” dengan simbol “@”, serta huruf “O” yang digantikan dengan angka “0″. Jika kita menggunakan kalimat yang sama dengan contoh pada tahap perintisan, maka kalimatnya akan berubah menjadi seperti ini, “kmu d’hum5 y@? @ma 5yap@ d’cn@?”. Pada tahap ini bahasa alay menjadi semakin rumit dan semakin membingungkan bagi kita yang membacanya.
Memasuki pertengahan tahun 2010, yang ditandai dengan semakin banyaknya telepon selular yang canggih dengan harga yang terjangkau, bahasa alay memasuki tahap puncak keemasannya. Pada tahun ini bahasa alay semakin marak digunakan di berbagai situs jejaring sosial maupun pesan-pesan singkat yang kita terima. Memang pada tahun ini, penggunaan layanan jejaring sosial banyak dimanfaatkan oleh para remaja saat itu sebagai media komunikasi dan menambah jaringan pertemanan mereka. Pada tahun ini bahasa alay yang digunakan pun semakin rumit. Pada tahap ini, selain bahasa alay dituliskan sebagaimana yang sudah disebutkan pada tahap perkembangan, bahasa alay pun kita menggunakan kombinasi huruf kapital yang membuat kita kesulitan untuk membacanya. Contoh kalimat dalam bahasa alay pada tahap ini adalah sebagai berikut, “KmU d’HuM5 y@? @mA 5Yap@ D’cN@?”. Semakin rumit dan membuat kita menjadi malas untuk membacanya. Jika anda menemui teman anda menggunakan bahasa alay seperti ini, ucapkanlah selamat kepada mereka karena secara tidak langsung mereka sudah resmi menjadi guru besar bahasa alay.
Tahun 2012 merupakan tahun dimana bahasa alay mulai dilupakan. Dengan makin banyaknya orang yang terpelajar dan menganggap salah bagi segala sesuatu yang menyimpang, bahasa alay pun mulai berkurang dari situs-situs jejaring sosial maupun pesan singkat. Pada tahun ini banyak orang yang berpendapat bahwa bahasa alay merupakan salah satu penyimpangan terbesar dari kaidah-kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan terdapat sekelompok orang yang secara jelas menentang penggunaan bahasa ini secara luas. Terdapat sanksi sosial bagi orang-orang yang tetap menggunakan bahasa ini mulai dari ejekan, hinaan, sampai menjauhi orang-orang yang masih menggunakan bahasa alay.

Motif  penggunaan bahasa alay

Menurut analisis saya, terdapat beberapa motif bagi seseorang yang menggunakan bahasa alay. Motif yang pertama, orang tersebut menganggap bahwa bahasa alay merupakan cara penulisan yang keren dan unik pada saat itu. Pengguna bahasa alay menyatakan dirinya paling “gaul” dengan menggunakan bahasa alay. Selain itu, penggunaan cara penulisan yang tidak lazim tersebut membuat pengguna bahasa alay menjadi lebih dikenal oleh orang lain.
Motif yang kedua adalah karena ada sekelompok orang yang menyatakan bahwa bahasa alay merupakan cara penulisan yang “gaul” pada saat itu dan menularkannya kepada orang lain. Seperti yang banyak dinyatakan oleh para sosiolog bahwa jika kita ingin bergabung kedalam suatu kelompok tertentu, maka ikutilah kebiasaan mereka. Akhirnya banyak orang yang mengikuti penggunaan bahasa alay tersebut karena alasan pertemanan sehingga bahasa alay marak digunakan oleh remaja-remaja pada saat itu.
Motif yang ketiga adalah motif yang tidak disengaja dalam menggunakan bahasa alay ini. Pengalaman teman saya yang namanya tidak disebutkan disini, dia menggunakan bahasa alay secara terpaksa. Hal ini dikarenakan tombol huruf “P”,”Q”,”R”, dan “S” pada telepon selularnya mengalami kerusakan. Akibatnya ketika saya bertanya kepadanya sedang dimana melalui pesan singkat, dia menjawab, “5aya lagi di ko5tan”. Begitulah kalimat yang dia gunakan dalam menjawab pesan singkat saya yang pada dasarnya dia lakukan karena mencari alternatif penggunaan tombol telepon selularnya yang rusak.
Apapun motif yang kita lakukan dalam menggunakan bahasa alay, sebagai orang yang terpelajar kita harus paham bahwa bahasa alay merupakan bahasa yang sangat menyimpang dari kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, mari kita berikan penjelasan betapa pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan serta mempertahankan keutuhan bahasa ini dengan selalu mengamalkan penggunaannya secara baik dan benar.
Read More..

Berbicara Sesuai Konteks

Berbicara seusai konteks, apasih sebenarnya konteks itu?  Banyak dari kita yang tidak mengetahui makana dari konteks itu sendiri . Maka dari itu mari kita simak apa artinya :)

Konteks adalah gagasan yang digunakan dalam ilmu bahasa (linguistik, sosiolinguistik, linguistik fungsional sistemik, analisis wacana, pragmatik, semiotika, dll) dalam dua cara yang berbeda, yaitu sebagai

* Lisan konteks
* Konteks sosial

Konteks verbal
Konteks verbal mengacu pada teks sekitarnya atau berbicara dari sebuah ekspresi (kata, kalimat, percakapan gilirannya, tindak tutur, dll). Idenya adalah bahwa konteks lisan mempengaruhi cara kita memahami ekspresi. Oleh karena itu norma untuk tidak mengutip orang keluar dari konteks. Karena linguistik kontemporer banyak mengambil teks, wacana atau pembicaraan sebagai objek analisis, studi modern konteks lisan terjadi dalam hal analisis struktur wacana dan hubungan timbal balik mereka, misalnya hubungan koherensi antara kalimat.
Konteks sosial
Secara tradisional, dalam sosiolinguistik, konteks sosial didefinisikan dalam istilah variabel sosial obyektif, seperti kelas, gender atau ras. Baru-baru ini, konteks sosial cenderung didefinisikan dari segi identitas sosial yang ditafsirkan dan ditampilkan dalam teks dan berbicara oleh pengguna bahasa
Teori Multidisiplin
Dalam teori baru multidisiplin tentang konteks, Teun A. van Dijk menolak konsep objektivis dari konteks sosial dan menunjukkan bahwa sifat relevan dari situasi sosial hanya dapat mempengaruhi menggunakan bahasa sebagai definisi situasi subjektif oleh peserta, seperti yang diwakili dan ongoingly diperbarui dalam mental yang spesifik model pengguna bahasa: model konteks.


Pengaruh
Pengaruh parameter konteks pada penggunaan bahasa atau wacana biasanya dipelajari dalam hal bahasa, gaya variasi atau mendaftar (lihat Gaya). Asumsi dasar di sini adalah bahwa pengguna bahasa beradaptasi sifat penggunaan bahasa mereka (seperti intonasi, pilihan leksikal, sintaks, dan aspek lain dari formulasi) dengan situasi komunikatif saat ini. Dalam hal ini, menggunakan bahasa atau wacana dapat disebut lebih atau kurang 'tepat' dalam konteks tertentu. Ini adalah istilah bahasa atau derigitave sekitarnya mengatur paragraf, novel atau artikel 

Sebuah tindakan dialog tindak tutur khusus. Sebagai contoh, Pertanyaan adalah tindak tutur, tetapi Question_on_hotel adalah tindakan dialog. Dialog tindakan yang berbeda dalam sistem dialog yang berbeda. Jumlah tindak wicara yang umum dikenal, dan stabil sekitar 10 atau lebih, jumlah tindak dialog bervariasi dari sistem ke sistem. Dalam beberapa sistem [1], jumlah tindak dialog dapat sampai dengan 40.
Read More..

Sikap Generasi Muda dalam Melestarikan Bahasa Indonesia


Indonesia kaya akan budaya , begitu juga dengan bahasanya. Keaneka ragaman ini membuat kita terlihat berbeda-beda dalam rumpun bahasa tapi jangan lupa , bahasa nasional kita bahasa Indonesia. Pada masa sekarang ini , banyak generasi muda Indonesia yg justru melencengkan bahasa Indonesia yg benar dengan kata-kata pelesetan yang akhirnya membuat bahasa kita menjadi rancu . Oleh sebab itu kita sebagai generasu muda harus melestarikan bahas Indonesia tercinta ini.

Bagaimana cara melestarikannya? Kita sebagai generasi muda bisa memulai dengan hal-hal kecil. Jangan terlalu terbawa arus modernisasi oleh televisi , yg sudah kita ketahui banyak membuat bahasa celetukan yg akhirnya menggantikan bahas Indonesia yg sebenarnya. Biasakan berbicara dengan bahasa Indonesia yg benar, tidak perlu baku atau kaku , tapi tidak dengan di pelesetkan. Selain itu pada media sosial, biasakan penulisan yg benar, jangan menggunakan penulisan alay, disingkat-singkat, atau dengan bahasa pergaulan.

Berbahasa tidak melulu berurusan dengan EYD, atau teori berbahasa. Berbahasa yang baik bisa dimulai dengan mulai menulis dan menggunakannya dalam tulisan. Tulisan kita di setiap kanal adalah bukti kecintaan kita pada bahasa kita. Buktinya, kita berusaha terus menerus menulis. Siapa lagi yang melestarikan bahasa Indonesia kalau bukan kita sendiri.Indahnya, bahasa kita juga bisa dinikmati dalam setiap bentuk tulisan. Banyak yang menulis sastra baik dalam puisi, cerpen ataupun novel di Kompasiana. Ini tidak terbatas pada bentuk tulisan atau tipe tulisan. Bahasa kita bisa digunakan dalam bentuk tulisan apapun mulai dari berita, opini, reportase, sastra ataupun sekadar curahan hati.

Read More..